Subang – Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an (STIQ) As-Syifa sukses menggelar seminar internasional bertajuk “Dinamika Dakwah dan Kajian Al-Qur’an antara Mesir dan Indonesia” pada Kamis, 28 November 2024. Seminar ini diadakan secara daring melalui Zoom Meeting dan menghadirkan narasumber dari Indonesia dan Mesir yang membahas peran strategis Al-Qur’an dalam kehidupan masyarakat dari berbagai perspektif.
Acara ini menghadirkan Keynote Speaker Ketua STIQ As-Syifa Dr. Sofyan Puji Pranata, S.Pd.I., M.Ag., serta dua narasumber utama, Khairul Muhtadin, M.Ag., dan Syekh Dr. Khaled Saad Elsamously. Para peserta yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat umum mengikuti diskusi dengan antusias, menggali peran Al-Qur’an dalam dakwah dan pendidikan.
Dalam sambutannya, Dr. Sofyan Puji Pranata menyampaikan harapan agar Al-Qur’an tidak hanya menjadi kitab yang dibaca (tilawah), tetapi juga menjadi rujukan utama dalam menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan masyarakat. Ia menegaskan bahwa Al-Qur’an harus menjadi pedoman utama dalam membangun peradaban yang berlandaskan nilai-nilai keislaman.
Pada sesi berikutnya, Khairul Muhtadin, M.Ag., menjelaskan perjalanan kajian Al-Qur’an di Indonesia yang meliputi beberapa fase penting. Ia memaparkan bahwa pada masa pra-kemerdekaan, kajian Al-Qur’an dilakukan melalui pesantren dan surau, dengan tokoh-tokoh ulama yang menggunakan Al-Qur’an sebagai spirit perjuangan. Pada masa pascakemerdekaan, kajian Al-Qur’an mulai berkembang secara akademis di perguruan tinggi Islam dengan pendekatan yang lebih sistematis. Sementara itu, pada masa kontemporer, era digital membawa tantangan baru dalam dakwah Qur’ani, terutama dalam menghadapi fenomena di era post-truth. Khairul menekankan pentingnya strategi dakwah yang adaptif melalui media sosial dan teknologi digital untuk menjangkau generasi muda.
Syekh Dr. Khaled Saad Elsamously, sebagai narasumber dari Mesir, menjelaskan peran besar negaranya dalam dakwah Al-Qur’an yang telah berlangsung sejak era Amru bin Ash hingga masa kini. Ia menyoroti keberadaan Kutab, pusat pendidikan Al-Qur’an tradisional yang menjadi cikal bakal lembaga pendidikan Islam modern, serta Ruwaq Al-Azhar yang memainkan peran penting dalam menyebarkan nilai-nilai Qur’ani. Syekh Khaled juga menekankan bahwa Mesir memiliki tradisi panjang dalam pendidikan Al-Qur’an, di mana banyak ulama besar dan tokoh masyarakat lahir dari sistem Kutab. Meski sempat mengalami penurunan akibat perubahan sistem pendidikan modern, perhatian Al-Azhar terhadap Kutab kembali meningkat melalui program seperti Ruwaq Athfal.
Sesi tanya jawab berlangsung interaktif dengan mahasiswa yang antusias menyampaikan berbagai pertanyaan kepada para narasumber. Dalam penutupannya, Syekh Khaled menyampaikan pesan inspiratif untuk mengembalikan kejayaan generasi emas Islam. Ia mengajak seluruh umat Islam untuk mengisi waktu dengan Al-Qur’an, baik melalui tahfidz maupun tilawah, memaksimalkan peran masing-masing di masyarakat dalam mendakwahkan Al-Qur’an, serta mengajak keluarga untuk mendalami dan mengamalkan Al-Qur’an.
Seminar ini menjadi ajang refleksi penting tentang bagaimana Al-Qur’an dapat terus menjadi pedoman hidup umat Islam di tengah tantangan zaman. Dengan kolaborasi antara Mesir dan Indonesia, diharapkan lahir lebih banyak upaya untuk memadukan tradisi keilmuan klasik dan pendekatan modern dalam memahami dan menyebarkan nilai-nilai Al-Qur’an.